Sabtu, 05 September 2015

Indahnya Pesantren



Lonceng di sore hari berbunyi. Ribuan santri terlihat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Sebagian mengantri untuk mandi dengan sesekali berteriak menggunakan bahasa arab seakan memberi sinyal kepada yang berada didalam untuk tidak berlama-lama. Dan sebagian lagi mulai berjalan pergi ke masjid dengan membawa kitab suci Al-qur’an yang diletakkan di dada mereka dan peci hitam yang membuat mereka terlihat lebih gagah. Ketika adzan maghrib berkumandang hampir tidak ada lagi santri yang tidak duduk tenang dimasjid, kecuali beberapa kakak pengurus yang mondar-mandir untuk mengontrol keadaan sekitar. Ini hanya sebagian kecil dari kedisiplinan para santri yang saya lihat ketika berkunjung ke pondok modern Gontor putra di Jawa Timur.

Di malam hari selepas isya, hampir setiap hari selalu ada kegiatan bagi para santri. Muhadharah (pidato berbahasa arab/inggris) , program bahasa ataupun kegiatan ekstrakurikuler seperti bela diri, olahraga basket dan yang lainnya. Suara mereka yang lantang ketika berpidato membuat saya kagum, meskipun ketika itu saya tidak mengerti sama sekali isinya. Bagaimana anak berumur belasan tahun dapat berbicara lancar dengan bahasa arab dan inggris, bagaimana santri yang masih duduk dibangku Aliyah telah mampu meyampaikan pesan-pesan agama dengan lugas.

Budaya yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan remaja seumuran mereka diluar sana. Mulai dari cara berpakaian, disipilin waktu, semangat menuntut ilmu, beribadah dll. Banyak yang mengatakan bahwa hidup di pesantren itu norak, ketinggalan jaman dan terlalu tradisional. Padahal mereka tidak sadar dalam beberapa aspek kehidupan, pesantren jauh lebih baik. Kehidupan pesantren lebih teratur dan disiplin.

Subuh hari dikala orang diluar sana masih terlelap, para santri disini sudah bersiap untuk menunaikan ibadah sholat subuh. Bergegas menggunakan sarung, memakai baju koko, dan peci hitam khas pondok Modern Gontor tentunya. Sebelum subuh, para santri telah memenuhi masjid untuk menunaikan ibadah sholat sunnah dua rakaat sebelum subuh yang katanya kebaikannya melebihi dunia dan seisinya. Kemudian selepas subuh mereka membaca ayat-ayat suci Al-quran secara bersama-sama. Betapa indahnya lantunan, fasihnya bacaan, dan sempurnanya tajwid dalam bacaan mereka. Seketika saya teringat anak-anak seumuran mereka dikampung saya yang duduk dibangku SMP maupun SMA. Para remaja dikampung saya belum tentu bisa membawakan bacaan Al-qur’an seperti itu.

Setiap pagi disajikan pemandangan para santri yang berpakaian rapi, dengan baju yang dimasukkan, ikat pinggang hitam dipinggang mereka, dan semua seragam menggunakan sepatu hitam yang membuat mereka terlihat kompak. Ketika bel masuk berbunyi hampir tidak ada lagi batang hidung yang terlihat, kecuali beberapa pengurus yang mengontrol keadaan dengan menggunakan sepeda ontel. Fasilitas sepeda diberikan karena luas wilayah pondok itu sendiri yang terbilang luas. Tapi tidak semua santri bisa menggunakannya.

Dari sini kita bisa melihat betapa banyak sisi positif dalam kehidupan pondok pesantren. Ketika remaja diluar hidup bebas tak terkontrol, ketika para anak muda diluar terjerumus dalam kegiatan-kegiatan maksiat, para santri pondok pesantren justru sibuk mengisi waktu mereka dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Melihat realita yang ada kita dapat tahu, bahwa kehidupan di pesantren tidak lebih ketinggalan jaman daripada kehidupan para remaja diluar. Bahkan pemikiran dan akhlak mereka sudah beberapa langkah didepan. Mungkin kebebasan mereka sedikit terbatasi ketika didalam pondok, tetapi semua itu akan terasa hasil dan manfaatnya dimasa depan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar